Saat Wartawan Korbankan Semua Demi Berita

Pekerjaan yang mengharuskan turun ke lapangan memang mau tidak mau harus dihadapkan dengan banyak resiko dan tantangan juga ketrampilan dalam mengolah waktu, pikiran, dan tenaga . Hal ini sama terjadi dengan profesi jurnalis atau wartawan.

Pengambilan data, audio visual, hingga konfirmasi ke narasumber mengharuskan tiap detik dari jam kerja wartawan dilakukan di jalanan. Hanya untuk beberapa tujuan, diantaranya mendapatkan pemberitaan yang sebenar-benarnya. Bukan 'apa kata orang'.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja pekerja lapangan. Stamina, kondisi fisik, mood, finansial, kebutuhan bahan (data, audio visual), batas deadline.

Yang mana dari faktor-faktor tersebut saling berkaitan. Ketidakstabilan wartawan di lapangan diakibatkan karena salah satu atau lebih dari faktor tersebut mengalami gangguan.

Namun, bagi sebagian pekerja seni jurnalis ini cenderung menabrak atau mengabaikan dengan 'mematikan rasa' salah satu faktor tersebut untuk mewujudkan tujuan yang lebih besar. Yakni sebuah pemberitaan yang faktual. Pencarian berita tidak lagi bukan sebuah pekerjaan pabrikan, namun menjadi sebuah kebutuhan diri sendiri sebagai tanggung jawab moral untuk masyarakat.

Terkait dengan hal itu, walaupun dalam segi 'reward' dengan kondisi kerja yang semacam itu, dengan resiko yang sedemikian banyak, terkadang si wartawan tidak menyadari apa yang seharusnya mereka dapatkan. Hal ini menjadi terasa saat salah satu faktor di atas benar-benar dalam kondisi kritis.

Kecelakaan, pengancaman, jatuh sakit, kehilangan barang. Semua resiko kami.

Siapapun itu, perhatikanlah kami. :-)

Post a Comment